BAUBAU – Jadi pemateri dalam dialog kepemudaan bersama pemuda dan pelajar se-Kota Baubau, Ketua umum (Ketum) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) jabarkan langkah konkret KNPI dalam mewujudkan aktivis preneur.
Program wujudkan aktivis preneur itu, ujar Alvin Akawijaya Putra, sejalan dengan misi mulia Ketua DPP KNPI yang tanpa kenal lelah menyuarakan perihal pentingnya bagi seorang aktivis untuk menjadi seorang preneur.
Ia pun menyampaikan hal-hal relevan terkait pemuda dan aktivis preneur yang selama ini telah dilakukan KNPI Sultra.
Salah satunya, kata Alvin, ketika minyak goreng langkah, orang nomor satu di DPD KNPI Sultra itu berhasil menggagas ide brilian untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng di Sultra dengan melibatkan para pemuda dan pelajar.
Dengan menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra, Alvin berhasil menggerakkan seluruh pelajar se-Sultra untuk membuat minyak goreng dari bahan kelapa.
“Minyak yang dihasilkan dari santan kelapa parut itu, kemudian dijual ke pemerintah daerah (Pemda) selaku mitra KNPI,” ujar Alvin.
Menurut Alvin, pembuatan minyak kelapa secara tradisional, selain dapat menjadi peluang usaha, juga merupakan peninggalan leluhur yang harus terus dijaga, “Saya bangga bisa menjadi penerus dari tradisi leluhur itu”.
Alvin juga menekankan tentang pentingnya bagi seorang aktivis untuk menjadi interpreneur.
Di tempat yang sama, Ketum DPP KNPI turut menjabarkan tentang besarnya peran aktivis jika menjadi seorang preneur.
“Jika aktivis menjadi seorang entrepreneurship maka akan terbentuk moralitas, kreativitas, dan kemandirian ekonomi, jika hal itu digabungkan maka akan terbentuk kekutan pemuda yang luar biasa,” jelas penulis buku Aktivis Preneur itu.
Apalagi, kata Riano, aktivis memiliki jaringan yang luas. Sudah saatnya pemuda bergerak, jangan hanya sebatas diskusi tapi juga harus diadvokasi dan diejawantahkan dalam kehidupan.
Dengan tingginya kesadaran pemuda aktivis untuk menjadi seorang interpreneurship, maka secara tidak langsung dapat menyelamatkan 26 juta lebih angka kemiskinan di Indonesia.
Pengusaha muda asal Medan itu juga menekankan perihal pentingnya peningkatan skill bagi seorang pemuda.
“Pemuda harus meng-upgrade meningkatkan skill baik soft skill maupun hard skill agar ke depan kita tidak tergantikan dengan robotik kala memasuki era distraction,” ungkap Riano.
Saat tercatat sekitar 80% dari pemuda kita menjadi pekerja dengan pendidikan menengah ke bawah.
Menurut Riano, semakin meningkatnya teknologi ke depan, jika tidak dibarengi dengan kemandirian ekonomi dari sisi entrepreneurship, maka bisa-bisa terjadi apa yang ditakutkan oleh founding father bangsa ini.
Jadi anak muda harus bergerak, semuanya harus kita perbaiki dari diri kita sendiri, jangan sampai aktivis hanya terjebak dalam retorika.
“Sekarang ini adalah era eksekusi ide gagasan bukan lagi banyak-banyak diskusi tanpa aksi, selalu saya tekankan kepada teman-teman ketua DPD untuk membuat program-program yang konkret, setiap acara mau seremonial paling tidak harus ada kegiatan ekonominya, apakah itu ekspose atau investasi,” tukas Riano.
Program-program konkreat yang memberdayakan, diharapan selalu dipersembahkan untuk pemuda-pemuda kita, baik mulai dari tingkat pelajar, mahasiswa, dan lanjut. Contohnya seperti pemberdayaan di bidang UMKM bahkan di tingkat ultra mikro sekalipun itu yang harus dilakukan organisasi saat ini.
“Sehingga kita dapat mewujudkan aktivitas preneur yang dapat mendorong teman-teman nanti bisa mandiri secara ekonomi dan juga mendorong interpreneur meningkatkan jiwa sosial yang menjadi visi besar kita selama ini,” pungkasnya.
Dengan begitu, ke depan harapannya ke aktivis bisa minimal sedikit merubah kesenjangan sosial yang terjadi di negara ini, karena sesuai data, sejak tahun 1995 sampai dengan kini, kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia itu sebanyak 50% rakyat Indonesia atau notabene 135 juta jiwa memperebutkan kekayaan nasional hanya sebesar 5% saja.
Sementara, sambung Riano, 10% populasi dari populasi masyarakat Indonesia menguasai 60% kekayaan nasional dan tidak ada perubahan yang signifikan mulai dari tahun 95 sampai dengan 2021.
“Padahal negara kita ini kurang kaya apa, potensi nikel 52% di Indonesia, batubara, aspal, minyak, tanam-tanam komoditi, perikanan, dan masih banyak lagi. Saya punya harapan besar ke depan betul-betul ini semua dapat dimaksimalkan pemanfaatannya oleh pemuda-pemuda kita, tentunya diawali dengan proses pembelajaran yang ditopang dengan program-program yang akan dilansirkan oleh KNPI,” jelas Riano.
H5P