SULTRAMEDIA.ID,.WAKATOBI. Setidaknya ada 3 orang Calon Guru Penggerak (CGP) yang terkena mutasi Bupati Wakatobi Haliana, masing-masing 2 CGP asal Runduma dan 1 CGP asal Binongko. Selain itu, beberapa CGP lainnya “mengancam” akan memilih mundur. Hal ini diungkapkan Ketua Ikatan Guru Indonesia Wakatobi sekaligus Calon Guru Penggerak (CGP), Nurhayati melalui rilis yang diterima media ini, pada Selasa (21/2/2023).
Guru penggerak sendiri merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek (Kemendikbudristek) oleh Menteri Nadiem Makarim pada 2020 lalu, guna meningkatkan kualitas pendidikan di daerah indonesia.
“Ada 2 orang CGP asal (guru) Runduma yang ditangguhkan atau dihentikan lewat mutasi. Ada juga CGP lainnya yakni Guru CGP Binongko yang dimutasi mengajar di Wangi-Wangi,” kata Nurhayati.
Menurut Nurhayati, ada 3 program Kemendikbudristek RI yang sedang digalakkan di Kabupaten Wakatobi, sekaligus merupakan angkatan pertama berupa; Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Program Guru Penggerak (PGP) dan Program Sekolah Penggerak (PSP).
Lanjut dia menjelaskan, terkait tiga program ini berbeda namunĀ tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam perjalanan ketiga program ini terjadi masalah ketidak sinkronnya antara pihak mereka dengan Dinas Pendidikan setempat.
“Kami ingin Dinas Pendidikan Wakatobi, dalam hal ini Penanggung jawab PGP Wakatobi Kabid GTK Ali Mani untuk menelusuri ini dan memastikan nasib kedua CGP ini. Jangan diam saja,” tegasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa sebanyak 33 orang CGP dinyatakan lulus tes -dari jumlah pendaftar 240 lebih- yang saat ini tengah mendapat pendampingan pendidikan oleh instruktur, fasilitator dan pengajar praktik yang di tes dan di-SK-an oleh Kemendikbudristek RI.
Sistem monitoringnya langsung ke Kemendikbudristek sendiri melalui Aplikasi LMS yang telah disediakan kepada para pengajar praktik untuk melaporkan segala bentuk aktivitas kegiatannya.
“Kasihan CGP ini, saya sebagai koordinator lapangan memediasi ini ke dinas pendidikan, namun sayang, saat kami konfirmasi ke kabid, eeeh malah kami dianggap musuhnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, musrembang kemarin, Nurhayati hadir sebab ingin mengetahui konsep program merdeka belajar versi Bupati Wakatobi. Ia pun ingin mengkaitkan dengan kurikulum merdeka belajar versi Kemendikbudristek.
“Merdeka belajar saat ini versi Kemendikbudristek mengubah tatanan pendidikan berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Kita mau simpulkan sebenarnya di mana benang merahnya supaya kami di lapangan bisa membandingkan dan mengintegrasikan,” ungkapnya.
Lebih jauh ia mengungkapkan antara program daerah harus sinkron dengan program pemerintah pusat. Namun, menurut dia, melalui musrembang yang telah dilaksanakan, Bupati Wakatobi tidak menyinggung pendidikan merdeka belajar.
“Pak bupati tidak sedikit pun merespon tentang pendidikan. Padahal kami menunggu penjelasannya itu,” ucapnya.