Baubau, Sultramedia – Kenaikan harga pangan akhir-akhir ini, sangatlah masif terlebih kenaikan harga beras yang menjadi bahan pokok mendasar konsumsi masyarakat Indonesia.
Pasca pemilu, trend kenaikan harga bukan hanya berlaku untuk beras, BBM, listrik dan tarif tol pun mengalami kenaikan harga, hal ini sangat mencekik masyarakat menengah ke bawah, belum lagi dalam beberapa minggu kedepan, bakal memasuki bulan puasa yang mana, konsumsi bahan pangan akan lebih besar.
Alasan kenaikan harga beras ini, bukan hanya karena adanya fenomena el nino yang berapa bulan ini sedang terjadi, dampak pesta demokrasi sudah lewati, juga kebijakan bansos yang ugal-ugalan tanpa memikirkan ketersediaan pasokan kemarin, memberikan dampak besar atas kelangkaan beras dan naiknya sejumlah kebutuhan pokok.
Baslan, ketua Himpunan Mahasiswa Pertambangan Universitas Dayanu Ikhsanuddin mewakili Aliansi Mahasiswa Kota Baubau mengatakan, kenaikan harga khususnya beras, sangat tidak masuk akal. Pasalnya, hanya dalam waktu sepekan, beras mengalami kenaikkan hingga dua kali.
Beras medium misalnya, dari harga Rp10.000, mengalami kenaikan hingga Rp14.000, dan beras premium dari harga Rp12.000 naik hingga angka Rp18.000.
“Padahal kita adalah negara agraris, kenaikan harga yang sangat tiba-tiba ini sangatlah tidak masuk akal,” kata Baslan, Selasa (5/4/2024).
Sementara itu, Rafikas, Ketua BEM Fakultas Ekomoni dan Bisnis Universitas Muslim Buton menambahkan, bansos yang dikeluarkan secara ugal-ugalan dan tidak tersistematis, jelas merugikan masyarakat.
Pemerintah seharusnya, dapat meminimalisir bahkan memperhitungkan segala kebutuhan pangan disaat-saat momen penting seperti pemilu ini.
“Tetapi pemerintah, seakan-akan tidak mempersoalkan hal yang seharusnya menjadi kebutuhan utama masyarakat,” keluhnya.
“Lagi dan lagi, masyarakat dijadikan korban keputusan politik demi kepentingan golongan tertentu tanpa mempertimbangkan kebutuhan, keperluan dan kepentingan rakyat. Hal seperti ini, seharusnya sudah menjadi bahan evaluasi sekaligus pertimbangan pemerintah dalam mengambil sebuah keputusan maupun kebijakan politik,” ucapnya.
Hasil keputusan tersebut, cukup jelas tidak berpihak kepada rakyat, kelangkaan dan kenaikan harga pangan ini menjadi sebuah pertanyaan dan catatan besar masyarakat kepada pemerintah terhadap keputusan yang tidak sesuai dan merugikan masyarakat.
“Hal-hal yang di luar dengan kepentingan masyarakyat, harus dipertimbangkan secara matang dan penuh perhitungan karena adanya pemerintah merupakan amanah yang di mandatkan oleh seluruh golongan masyarakat. Menjadi sebuah kekeliruan jika amanah itu jelas bertolak belakang dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat,” seru Rafikas.
Maka dari itu, kami mahasiswa kota baubau mengecam keras atas keputusan politik yang menghasilkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan. Seharusnya sebagai pihak pemerintah sudah memperhitungkan dan mempertimbangkan hasil dari keputusan politik tersebut tidak merugikan pihak manapun. Atau bahkan meminimalisir kemungkinan yang mengorbankan kepentingan khalayak umum. Maka kami menuntut pemerintah turunkan harga sembako, serta kenaikan tarif listrik dan tol, serta kecurangan dalam sistem perpolitikan di Indonesia,” tutupnya.