Dayung dan Wajah Sultra di Panggung PON

Dayung dan Wajah Sultra di Panggung PON
Andi Syahrir (Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo Sultra)

PON XX Papua resmi berakhir hari ini. Sultra pulang dengan lima emas, lima perak, dan lima perunggu. Menempatkan diri pada posisi ke-20 dari 34 provinsi se-Indonesia. Sebanyak 12 dari total 15 medali yang diraih, disumbang oleh dayung.

Medali perak, dayung merajai dengan merengkuh empat medali. Satunya disumbang oleh softball putri. Sedangkan medali perunggu, dayung berkontribusi tiga. Dua lainnya masing-masing dari pencak silat (putra) dan sepak takraw (putra).

Betapa dayung menjadi penyelamat wajah Sultra. Kendatipun, kita tidak bisa mengklaim diri sebagai raja dayung karena Jawa Barat, sang juara umum, menggondol 20 emas, 9 perak, dan 7 perunggu dari cabang dayung saja.

Bayangkan, jika saja Sultra mampu mengonversi 12 medali yang dikontribusikan dayung menjadi emas semuanya, peringkat 13 nasional sudah bisa diamankan. Ini bukan angan muluk-muluk. Ini realistis, bahwa sesungguhnya, potensi Sultra dari cabang dayung sesungguhnya 12 emas.

Sebagai catatan khusus, ada tiga cabang yang diperlombakan pada dayung, masing-masing Canoeing (16 disiplin), Rowing (15 disiplin), dan traditional boat race (9 disiplin) sehingga total memperebutkan 40 emas-perak-perunggu.

Artinya, Sultra hanya berhasil membawa pulang seperdelapan atau 12,5 persen dari total medali emas yang diperebutkan. Separuh lainnya diangkut ke Jawa Barat.

Jika mengacu pada target yang dikemukakan Ketua Umum KONI Sultra almarhum Ibu Agista Ariany (rri.co.id, edisi 4 Maret 2021), dengan mematok sembilan medali emas, berarti Sultra gagal mencapai targetnya.

Jika membandingkannya dengan perolehan medali pada PON XIX di Bandung, Jawa Barat, tahun 2016 lalu, yang kala itu Sultra meraih 6 emas, 4 perak, dan 4 perunggu, berarti Sultra sedikit mengalami penurunan jumlah medali emas. Namun, dari sisi peringkat, posisi Sultra lebih baik ketimbang PON sebelumnya yang hanya bertengger di urutan 24.

Prestasi Sultra pada PON kali ini pun dapat dikatakan relatif kian membaik jika membandingkannya dengan PON XVIII Riau Tahun 2012 silam. Kala itu, Sultra bertengger di posisi ke-27 dari 33 provinsi dengan raihan 3 emas dan 2 perunggu.

Di kawasan regional Sulawesi, Provinsi Sulawesi Selatan masih tetap menunjukkan dominasinya. Pada PON XX Papua, Sulsel berakhir di posisi ke-11, dengan meraih 11 emas, 13 perak, dan 13 perunggu. Naik satu peringkat dibandingkan pada PON XIX Bandung, yang menduduki posisi ke-12 dengan 12 emas, 23 perak, dan 28 perunggu.

Posisi Sulsel di dua PON terakhir ini justru jauh lebih buruk ketimbang pencapaian mereka pada PON XVIII Riau yang berhasil duduk di peringkat ke-7 dengan 19 emas, 17 perak, dan 21 perunggu. Dan Sultra masih lebih baik dari empat provinsi se-Sulawesi lainnya. Not too bad.

Capaian PON XX Papua akan menjadi refleksi pada PON XXI yang digelar di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara pada tahun 2024 mendatang. Dayung yang menyimpan banyak bakat-bakat terpendam di Bumi Anoa perlu lebih dipoles, dieksplorasi, dan dijejaki.

Olahraga ini harus mendapat perhatian lebih dari cabang lainnya. Mau tidak mau, Dayung harus kita anak emaskan. Dari waktu ke waktu, Sultra selalu berbicara banyak di cabang ini.

Ibarat Brazil dengan sepak bolanya, India dengan kriketnya, Indonesia dengan bulu tangkisnya. Sultra dengan dayungnya. Kita sudah punya DNA-nya.

Penulis: Andi Syahrir (Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo Sultra)

Editing by: H5P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *