Laworo— Warga Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah, Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara, kumpulkan iuran uang penyiraman jalan, Sabtu (7/10/2023).
Informasi yang dihimpun media ini, menemukan para warga keluhkan malasnya para kontraktor dengan hanya beberapa kali melakukan penyiraman jalan berdebu.
Padahal pekerjaan peningkatan jalan poros Wapae Jaya dan Mekar Jaya selalu dikeluhkan oleh warga setempat dikarenakan debu yang mengganggu aktivitas.
Warga Mekar Jaya, Andre menyebut, proyek mulai dikeluhkan usai pembongkaran aspal lama dan sampai saat ini pemadatan lapis pondasi agregat (LPA) kelas A.
Perbaikan jalan tersebut telah dilakukan sekitar sebulan lalu dan kondisinya menimbulkan polusi debu karena rutinnya aktivitas kendaraan.
“Debu yang ada di jalan sudah sangat meresahkan. Pihak kontraktor malas melakukan penyiraman,” ujarnya.
Melihat kondisi itu, kata Andre, warga setempat mengambil inisiatif dengan mengumpulkan iuran secara sukarela. Uangnya dipergunakan untuk membeli solar mobil tangki air agar bisa melakukan penyiraman.
Warga memberikan iuran bervariasi mulai dari 5 ribu, 10 ribu,20 ribu dan bahkan 50 ribu.
“Alhamdulillah, warga Mekar Jaya yang rumahnya melewati jalan poros ini secara swadaya dan ikhlas mengumpulkan iuran untuk melakukan penyiraman jalan,” ungkapnya.
“Yang kita tahu, pihak kontraktor melakukan penyiraman dalam sehari cuman enam tangki saja, dan itu tidak cukup. Jadi kita iuran tambah-tambah belikan bahan bakar,” sambungnya.
Andre menambahkan, warga setempat juga memberikan bantuan berupa selang dan pipa untuk penyedotan air dari rawa ke mobil tangki. Warga membantu pihak kontraktor semata-mata agar debu tidak beterbangan lagi di saat kendaraan lewat.
“Jadi, terkadang ini dari pihak kontraktor dalam satu minggu itu, satu atau dua hari libur menyiram. Kadang disiram, kadang juga tidak disiram. Dengan iuran ini, kita bisa pakai untuk penyiraman membelikan bahan bakar. Dua hari ini saja, hanya enam kali penyiraman. Kita tambahkan jadi delapan sampai 10 tangki penyiraman,” ucapnya.
Sementara itu, supir truk water tank, Tedi mengaku berdasarkan perintah dari pengawas proyek yang juga anak dari pemilik pekerjaan hanya enam Tanki dalam sehari. Padahal menurutnya itu tak cukup untuk penyiraman jalan poros.
“Jadi, waktu pertama kali saya kerja ini. Saya diperintahkan sama pak Holick bahwa penyiraman dilakukan dalam sehari itu hanya enam tangki. Selama saya menyiram ini, enam tangki ini tidak cukup menyiram jalan poros Mekar Jaya. Saya juga bekerja sesuai perintah,” ucap Tedi ditemui saat mengisi air di rawa Tondano.
Tedi mengatakan gaji dari menyiramnya selama satu hari 130 ribu, gaji pokoknya100 ribu dan sisanya dipake buat uang makan. Bahan bakar untuk mesin alkon diambil atau mengutang pada salah satu kios.
“Bahan bakar untuk mesin alkon itu, saya ambil di kios ibu Dewi. Tapi, disuruh utang dulu setiap ambil bahan bakar. Kalau untuk bahan bakar mobil truk ini, solarnya sudah disiapkan di basecamp,” bebernya.
Karena sering utang bahan bakar, tambah Tedi, pemilik kios tidak mau lagi bahan bakarnya di utang. Pemilik kios mau memberikan bahan bakarnya kecuali dilakukan pelunasan terlebih dahulu.
“Saya coba telepon Holick memberitahukan kalau bahan bakarnya sudah tidak mau di utang karena belum dilunasi pengambilan lalu. Jadi, dia minta nomor rekening pemilik kios transfer utang itu dan bisa lagi kita ambil bahan bakar,” pungkasnya.