Wali Kota Baubau: Kerjasama SKIPM Dengan Unidayan Sebagai Pencetus Kemajuan Perikanan Kelautan

Sesi foto bersama.

BAUBAU, SULTRAMEDIA.ID,.—

Pemerintah kota Baubau menyambut baik dan apresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan atas Kerjasama dan Kuliah umum yang dibawakan oleh Kepala BKIPM Dr. Ir. Pamuji Lestari M.Sc di Universitas Merdeka Unidayan, Selasa (9/5/23).

Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse mengatakan, kerjasama tersebut sebagai awal yang baik dalam mencencetuskan semangat berkolaborasi menciptakan kemajuan kota Baubau khususnya di sektor perikanan dan kelautan.

Kota Baubau yang telah berperan sebagai daerah transit sekaligus sebagai penghubung kawasan barat dan timur Indonesia letaknya sangat strategis membuka peluang untuk dikembangkan menjadi kota Perdagangan dan Jasa.

Baik dalam skala Regional maupun Nasional bahkan Internasional karena itu, Pemerintah pusat telah mengambil kebijakan menjadikan kota Baubau sebagai Jalur Tol Laut.

“Mengenai pembangunan dan pengelolaan Sektor Kelautan dan perikanan merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa potensi kota Baubau cukup memegang peranan dalam rantai maupun pasokan bisnis sektor ini. meskipun secara kewilayahan kota Baubau memiliki wilayah lautan seluas 200 Mil, namun potensi yang berasal dari wilayah hinterlandnya terakumulasi di kota Baubau,” ujarnya.

Lebih lanjut, Monianse menyebut, tingkat produksi perikanan kota Baubau tahun 2022 dari komoditi Perikanan Budidaya mencapai 18,522 Ton/Tahun. Komoditi Perikanan Tangkap mencapai 19,256 Ton/Tahun ditambah akumulasi produksi perikanan Se-Kepulauan Buton sebesar 178,714 Ton. Nilai produksi sebesar 1,05 Triliun dari komoditi perikanan budidaya atau 23,57 persen dari nilai produksi se-Sulawesi Tenggara serta 147.261 Ton dan nilai produksi setara 4,13 Triliun dari komoditi perikanan tangkap atau 61,6 persen dari Produksi Sulawesi Tenggara.

“Kita Optimis bahwa kedepan sektor ini mampu menjadi pengungkit daya saing kota Baubau pada aspek Industri maupun Ekspor Perikanan,” sebutnya.

Hal tersebut, kata Monianse, diperkuat fakta bahwa jalur perdagangan komoditas berbagai produksi perikanan seperti Ikan pelagis besar (Tuna, Cakalang) Maupun Kecil (Layang, Tongkol, Dan Ikan Kembung) Jenis Demersal (Sunu, Kerapi, Ekor Kuning dan lainnya) Maupun hasil budidaya lainnya seperti Teripang, Rumput laut maupun Lobster mencapai lebih dari 10.000 Ton per tahun melalui pelabuhan kontener dan bongkar muat di kota Baubau.

Sebagai contoh, rumput laut dijadikan komoditas primadona di perairan kota Baubau dalam setahun frekuensi pengiriman rumput laut dari kota Baubau ke berbagai daerah bisa mencapai 300 kali sebelum diekspor ke negara tujuan. dengan jumlah ekspedisi mencapai 4.000 Ton tentunya sangat bagus jika kota Baubau dapat melakukan Ekspor langsung ke Negara tujuan Selama ini rumput laut masih di kirim ke Makassar atau Surabaya.

“Pemerintah pusat telah menggunakan pendekatan baru dan mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih inklusif dan berkelanjutan yaitu melalui Blue Economy mengingat Indonesia sebagai wilayah Kepulauan dengan 65% total luas negara Indonesia berupa laut,” bebernya.

Lanjutnya, salah satu prinsip blue ekonomi yang mulai diinisiasi yaitu pertama peluasan kawasan konservasi dengan target 30% dari total wilayah perairan. Kedua, penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota untuk menjaga populasi ikan. Ketiga, melakukan pengembangan budidaya ramah lingkungan di kawasan laut pesisir dan darat keempat penataan pemanfaatan ruang laut pesisir dan pulau-pulau kecil untuk melindungi sumber daya di dalamnya dari kerusakan akibat kegiatan ekonomi kalima pengelolaan sampah laut.

Dalam mewujudkan hal tersebut membutuhkan sinergi dari banyak pihak antara lain kebijakan berdasarkan data dan ilmu pengetahuan koordinasi antar sektor serta kolaborasi berbagai stakeholder dalam pengambilan keputusan.

Sebagai salah satu stakeholder mitra pemerintah kota bau-bau dalam riset sains dan teknologi peran universitas daya Udin sangat besar terutama pada penyediaan data riset aktual yang akurat dan bersifat kewilayahan kebijakan pembangunan ekonomi biru tidak hanya dilihat dari sisi Laut saja namun harus dilihat dari berbagai sektor-sektor ini mulai dari pariwisata perikanan pangan transportasi logistik dan sebagainya.

Hal tersebut untuk percepatan pemerataan pembangunan ekonomi biru yang bersifat inklusif dan berkeadilan tantangan yang ada di wilayah kepulauan Buton didominasi lautan harus dimanfaatkan bersama perguruan tinggi selayaknya dapat memberikan solusi terhadap tantangan ekonomi dan rekomendasi pemanfaatan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam kebijakan pembangunan ekonomi yang pada akhirnya berkontribusi secara signifikan dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Sehingga pada kesempatan ini Pemerintah Kota Baubau menaruh harapan besar dengan adanya komitmen kerjasama ini untuk bersinergi menciptakan terobosan yang efektif tentang bagaimana kita mengelola sektor perikanan dan kelautan di Kepulauan Buton berbasis prinsip blue economy,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *