MUNA— Santi (49) ibu korban, tak bisa menahan kepedihannya usai ditinggal anak lelakinya, Sudirman (23) yang ditemukan gantung diri di tahanan Mapolsek Kabawo Polres Muna, Selasa kemarin (26/9).
Santi menuturkan, masih tak percaya anaknya yang beberapa hari lalu sehat bugar telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan mereka. Apalagi, cara meninggalnya ditemukan pada posisi gantung diri.
“Kasihan anakku, meninggal begitu. Saya masih belum percaya,” ujarnya dengan menahan Isak tangis saat ditemui di kediamannya di Desa Kawite-wite Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Rabu (27/9).
Santi menyebut, Selasa kemarin saat hendak membesuk anaknya yang ditahan di Mapolsek Kabawo awalnya tak bisa masuk karena pintu tertutup. Selain itu, dirinya disuruh keluar oleh petugas kepolisian saat itu sehingga mengira anaknya kabur melarikan diri.
“Semenjak ditahan kita baru bisa mau jenguk kemarin. Kita bawakan rokok, makanan dan pakaian ganti. Tapi pas tiba disana tak bisa masuk. Saya langsung tidak tau diriku pas dengar anakku meninggal,” ungkapnya dengan mata berlinang air mata.
Sementara itu, Arman (25) kakak almarhum menyampaikan, adiknya diamankan oleh kepolisian yang dipimpin langsung oleh Kapolsek Kabawo pada malam Senin (24/6) saat acara lulo di kampungnya.
Dimana, adiknya kedapatan membawa senjata tajam sehingga saat itu juga langsung diamankan. Hal itu diperkuat dengan pernyataan pihak kepolisan yang hanya mengamankan korban. Apalagi mereka juga tak menerima surat penangkapan dan pemberitahuan sehingga berfikir hanya diamankan.
Selanjutnya, usai diamankan beberapa hari mereka berinisiatif untuk membesuk saudaranya.
Ironinya, saat di Mapolsek dirinya menemukan adanya keanehan mulai dari pintu tertutup sampai petugas kepolisian yang ditemui melarang mereka masuk dan ketika ditanya tak memberikan jawaban.
Hingga saat Kapolsek datang membuka pintu, kemudian menuju keruang tahanan lalu keluar dengan tangisan. Dirinya saat itu juga langsung merasa tak enak perasaan dan menerobos masuk hingga menemukan adiknya pada posisi gantung diri dengan menggunakan ikat pinggang sekitar pukul 12.00 Wita.
“Perasaanku tidak enak, saya langsung paksa masuk terobos pintu depan dan langsung melihat adik saya tergantung. Pas lihat, saya langsung pingsang, saya bangun langsung foto dan minta Kapolsek turunkan karena tersiksa. Tapi kata Kapolsek tunggu atasannya,” ucap Arman.
“Posisi korban rapat dengan bak air. Yang jadi pertanyaan saya ini obat apa yang disamping itu, saya lihat bukan sampo tapi kayak obat. Saya tidak berani ambil,” sambungnya.
Arman menambahkan, setelah itu korban langsung dibawah ke Puskesmas Kabawo dan diperiksa. Bersama pihak keluarga mereka menyepakati tak dilakukan autopsi mengingat akan dibawa ke Raha yang terbilang jauh dan tak tega adiknya meninggal tergantung dan harus dibelah lagi.
“Kita bingungkan biayanya itu, kita dapat dimana baru kita punya adek juga mau dibelah. Seandainya masih hidup atau operasi mungkin kita akan terima. Ini sudah meninggal mau dibelah lagi. Apalagi Pak Kapolsek bilang butuh waktu lama dan musti dibelah dulu. Makanya keluarga sepakat tolak autopsi,” sebutnya.
Sementara itu, hingga saat ini pihak kepolisian belum memberikan keterangan dan merilis terkait kejadian tersebut.